DI tengah pesatnya kemajuan teknologi serta pembaharuan, seni konvensional sedang senantiasa mengucurkan pesonanya di Desa Lengkong Kulon. Di tempat ini, pangkal seni kaligrafi Islam di Indonesia sudah bertumbuh serta saat ini, dengan terdapatnya Workshop serta Galeri Kaligrafi, antusias itu dihidupkan balik oleh seseorang figur inspiratif, Seala Syah Alam.
Ahmad Zawawi, seseorang guru di MTS Raudlatul Irfan, menceritakan gimana galeri ini bawa pergantian besar.” Aku berambisi dengan terdapatnya workshop kaligrafi ini, antusias para anak muda serta siswa di Lengkong Kulon buat memahami seni kaligrafi yang jadi simbol Lengkong bisa bertambah,” tuturnya penuh bersemangat.
Ahmad Zawawi bukan semata- mata guru, namun pula seseorang pakar kaligrafi yang profesional dalam penyusunan mushaf Bunda Tin Soeharto antara tahun 1998 sampai 2001. Menurutnya, kaligrafi merupakan peninggalan yang wajib dilindungi serta dilestarikan.” Kaligrafi bukan cuma seni, namun suatu peninggalan yang butuh dilindungi serta diwariskan,” ucapnya dengan jelas.
Asal usul seni kaligrafi di Lengkong diawali oleh Almarhumah K. H. Mukhtar Hasan bin K. H. Hasan serta dilanjutkan oleh K. H. Abdul Razak Muhili bersama keturunannya. Saat ini, seni ini dibantu penuh oleh bermacam pihak, tercantum pihak kepolisian setempat. Posisi galeri kaligrafi ini terletak di dekat Halaman Kuburan Bahadur Raden Aria Wangsakara, Desa Lengkong Malim, Dusun Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan.
Seala Syah Alam, Kepala Kepolisian Zona( Kapolsek) Pagedangan, memainkan kedudukan kunci dalam kebangkitan ini. Sehabis mendatangi Desa Lengkong serta mengikuti cerita para artis lokal, beliau mengutip inisiatif buat membuat galeri kaligrafi.
” Memandang kemampuan yang bisa dibesarkan, aku bersama badan Polsek serta sokongan masyarakat membuat galeri ini. Impian kita merupakan melahirkan seniman- seniman dari tempat ini,” nyata Seala Syah Alam.
DI tengah pesatnya kemajuan
Dalam durasi 8 bulan, galeri ini sudah bertumbuh jadi pusat aktivitas seni yang aktif. Artis dari bermacam kerangka balik terkumpul, memberi wawasan, serta menghasilkan karya- karya bagus yang tidak cuma diketahui di tingkatan lokal namun pula berpotensi mendobrak pasar global.
Tetapi, inisiatif ini tidak cuma berpusat pada seni, namun pula pada pemberdayaan ekonomi serta sosial.” Keamanan serta kedisiplinan sesuatu area bisa terpelihara bila ekonominya tercukupi,” jelas Seala Syah Alam.
Dengan meningkatkan UMKM lokal, warga di dekat Pagedangan merasakan akibat positifnya dengan cara langsung.
Workshop serta Galeri Kaligrafi Lengkong meyakinkan kalau peninggalan adat dapat jadi alas kokoh buat era depan yang lebih bagus. Dengan daya cipta anak muda serta artis, kaligrafi Lengkong hendak lalu bertumbuh, mengaitkan angkatan lama serta terkini lewat seni serta berkah.
Seala Syah Alam serta komunitas Lengkong Kulon sudah membuktikan kalau seni kaligrafi bukan cuma pertanyaan estetika, namun pula bukti diri, kebesarhatian, serta daya ekonomi yang berkepanjangan. Galeri ini jadi ikon impian serta kebangkitan, menginspirasi banyak pihak buat melestarikan serta meningkatkan peninggalan adat Indonesia.
” Lewat galeri ini, kita mau membuktikan kalau seni kaligrafi tidak cuma mempunyai keelokan, namun pula bisa jadi motor pelopor ekonomi serta kebesarhatian untuk warga,” ucap Seala Syah Alam penuh antusias.
Dengan kerja sama serta pengabdian, era depan seni kaligrafi di Desa Lengkong Kulon nampak terang serta menjanjikan
Viral kini indonesia akan membangun rumah subsidi pemerintah => https://hawaiinews.click/